Jumat, 30 Desember 2016

Start Learning Mindfulness

Beberapa minggu lalu saya mendapat broadcast dari teman mengenai mahasiswa magister psikologi yang mengadakan program mindfulness untuk mahasiswa S1 yang sedang mengerjakan skripsi.  Wah, nggak mikir lama saya langsung daftar. Kebetulan saya baru pernah baca-baca aja mengenai mindfulness selama setengah tahun terakhir ini, gara-gara 10 mindful minutes dan baca-baca zenhabits. Tapi saya masih nggak ngeh gimana praktiknya.  Saya pernah duduk diam 10 menit gitu, mencoba ngeblok semua pikiran yang ada, tapi nggak betah dan nggak tahu caranya juga yang benar. Saya juga pernah eksperimen makan pelan-pelan dan ini hasilnya. Goalnya mindfulness setahu saya adalah worried free atau zen  kurang lebih, jadi enak ngelakuin apa-apa dan pikiran kita nggak penuh, jadi pengen banget belajar gimana caranya.

Alhamdulillah ketemu sama Mas Cahyo dan Kang Duddy sebagai fasilitator dan guru kami belajar. Jumat lalu pertama kalinya saya ketemu dengan 6 orang lainnya di fakultas Psikologi untuk belajar mindfulness. Karena saya nggak datang pertemuan pertama di hari kamis, Mas Cahyo meminta saya untuk datang lebih awal, saya pun mengisi kuisioner dsb, dan diberi pengenalan mengenai mindfulness. Kami langsung nyambung karena saya memang sudah mencari mindfulness selama ini. Inti dari mindfulness kurang lebih adalah menyadari. Sadar penuh hadir utuh kalau kata Adjie Silarus.

Kemudian saya belajar mengenai mindful check-in, yaitu mengecek pikiran, perasaan, dan tubuh secara singkat. Saya baru ngeh, kalau mindful bukannya ngeblok pikiran, atau tidak memikirkan apapun. Dari latihan mindful check-in saya berlatih menyadari apa yang terjadi dalam diri, pikiran apa yang muncul, perasaan apa yang muncul, dan bagaimana keadaan tubuh, tanpa menghakimi. Cukup bilang aja misalnya oh aku punya perasaan ini, oh aku punya pikiran ini, oh punggung aku lagi sakit nih. Tapi stop di situ. Kembali lagi ke keadaan kita sekarang. Misalnya bukan oh, punggung aku sakit ni, pasti gara-gara beberapa hari ini begadang bla bla bla. STOP. Segera fokus scanning perasaan/ anggota tubuh yang lain.

Selama ini mungkin kita nggak punya banyak waktu untuk memahami diri sendiri, memperhatikan diri, baik pikiran, perasaan, atau keadaan tubuh. Bahkan menjalani hidup tanpa kesadaran. Pagi berangkat tiba-tiba aja udah pulang ke kos. unconsciously

Btw, setelah latihan mindfulness main ke kos Faza sambil ngobrolin suatu proyek bersama buat tahun depan. Terus doi cerita mengenai keponakannya yang sedang belajar tangan dan ludah. Si ponakannya itu lagi suka-sukanya menggerakan jari-jari tangan, dan melet-melet sambil meludah. Di situ saya ngerasa AHA! Coba perhatikan bayi. Mereka belajar dari awal saat baru lahir. Menggerakan tangan. Heran dengan tangannya sendiri yang bisa gerak-gerak. Mereka begitu memperhatikan diri sendiri. Mencoba mengenal diri sendiri meski mulanya pada tahap fisik. Sakit sedikit langsung kerasa. Seiring tumbuh dewasa, udah ngga gitu lagi, ke-distrak sama berbagai hal, diri sendiri menjadi hal yang paling terakhir dipikirkan. Padahal yang dicari manusia sebenarnya adalah diri sendiri. Dengan mengenal diri maka kunci-kunci di sekitar akan terbuka. 

Jadi kalau mulai dari berlatih mindfulness sesederhana ini, goal nya adalah mengenal diri kang? 

Yah. bisa begitu. aduh, merinding saya 

Saya juga hehehe

Kedengarannya utopis banget gitu. Tapi setidaknya, saat ini secara praktis mindfulness bisa digunakan untuk membantu belajar fokus. Me-nger-ja-kan-skrip-si :)))))

InsyaAllah saya akan tulis  dalam serial Mindfulness 101.  Sambil praktik dan cari-cari lagi ilmunya. Atau ada yang sudah biasa mempraktikan meditasi? Lemme know!



Anisah



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar