Senin, 12 Juni 2017

Sassy Script #1 : Time


paint source: pinterest

Yay!
Akhirnya setelah mengendap superlama di draft, bisa posting serial Sassy Script ini!

Dulu, aku nggak terlalu percaya dengan 'waktu yang tepat untuk menulis'. Hal yang lebih penting, adalah ide. Kapan dapat inspirasi, ya saat itulah harusnya dituangkan, atau setidaknya dicatat. Justru saat punya jadwal reguler menulis, malah buntu. 

Namun, rupanya seiring mengerjakan tulisan panjang ini, aku menyadari bahwa yang kutulis bukanlah fiksi, bukan sesuatu yang inspirasinya datang sendiri tiba-tiba (padahal nggak tiba-tiba juga sih, inspirasi yang datang biasanya ada triggernya). Aku berpijak pada teori dan data, kurang lebih aku sudah menentukan kerangkanya, tinggal mengisi saja.  Aku nggak perlu pusing dengan dialog catchy  dan sebagainya. Satu hal yang saat itu kutahu harus kulalukan, aku harus mengerjakan dengan rutin. Nggak ada nunggu-nungguan inspirasi. Kini sadar, waktu adalah salah satu variabel penting dalam proses menulis.  


Sebelumnya, aku  suka-suka aja ke kampus, kadang pagi kadang siang. Pokoknya yang penting setiap hari ngerjain, nggak peduli matahari sedang berada di mana. Aku nulis tanpa tahu waktu dan hasilnya ...  eh buset parah banget sih seharian di depan laptop nggak tahu mau nulis apa, yang keluar cuma berapa paragraf doang Akhirnya mood jadi jelek dan tanpa sadar aku malah mendistraksi diriku sendiri dengan hal lain semacam browsing ke mana mana nggak tau juntrungnya

Semakin ke sini, aku akhirnya merasa momen "Wah nggak bisa gini nih" aku harus nyobain, gimana ritmenya, kapan mata ini ngantuk dan nggak mau diajak kompromi, kapan otak stuck, apa triggernya? Bisa nggak sih ini semua dibikin teratur? Nggak sembarangan aja, capek juga lama-lama mengandalkan mood dan sebagainya. Bisa nggak sih variabelnya aku bikin sendiri? 

Self brainstroming
Akhirnya berdasarkan pemikiran itu, aku berpetualang mencari waktu yang tepat. Mulanya aku mencoba mengerjakan pagi-pagi setelah subuh, tapi rupanya aku masih lumayan keganggu karena aku nggak bisa kerja lama-lama. Aku harus berhenti karena pengen minum anget, dan masak, atau mandi. Belum lagi suara motor yang sliwar sliwer menjelang pukul 7, bikin nggak bisa konsentrasi. 

Akhirnya aku mecoba bangun lebih pagi. Tantangan bangun lebih pagi bukan terletak pada bangun paginya, tapi tidur awalnya. Perlu niat supaya bisa tidur awal. Seringkali kalau nggak diniati,  udah bablas aja, jam 10 lewat baru tidur. Oke, setelah mencoba bangun pagi itu... rasanya mengejutkan banget *halah lebay*. Sebelumnya aku nggak kepikiran belajar sebelum subuh karena pasti ngantuk. Aku mencoba bangun jam 3 mulanya, sambil ngantuk-ngantuk aku baca bahan. Aku kaget banget, awalnya kupikir aku bakal ngantuk, ternyata nggak! Aku merasa lebih jernih, dan inspired. Bahan itu bisa kupahami dengan baik, padahal in english dan bahasannya mengenai morfologi. Baca morfologi atau sintaksis dalam bahasa Indonesia aja udah bikin aku mengkeret sebenarnya :P bahan yang kemarin-kemarin nggak aku ngerti juga bisa lebih mudah kumengerti saat kubaca sebangun dari tidur itu. 

Oh iya, ini related sama skripsiku di bagian ini. Oh, ini bisa dipakai nih, nanti dimasukin ke bagian ini. Oalah jadi gini ternyata, dari kemarin nggak paham-paham.

Aku pun kaget sendiri menemukan timing yang super oke ini. Tapi aku lebih sering memanfaatkan waktu pagi untuk membaca dan self brainstroming, bukan untuk nulis. Aku sudah mencoba ngetik di depan laptop sebangun dari tidur. Mungkin karena motoriknya belum bangun semua (sotoy abis) jadi berasa nggak gitu cepat, atau nggak terlalu beda-beda amat kecepatannya sama waktu pagi agak siang di perpustakaan.

Setelah beberapa kali bangun pagi, aku mulai merasa perbedaannya.  Waktu bacaannya lumayan banyak aku bela-belain bangun jam 2, soalnya setelah subuh udaranya beda, suasananya beda. Mungkin karena orang-orang udah pada bangun, atau hal lain.

Work work work work
Setelah menemukan Aha time! Selanjutnya adalah menemukan work time alias waktu berkutat dengan MS Word. Setelah eksperimen datang ke perpus pukul setengah delapan, pukul 9 atau 10, dan siang hari. Hmm... waktu terbaik adalah... tergantung waktu istirahat malam, dan apakah paginya bangun mruput atau enggak. Kalaupun bisa berangkat pagi pukul setengah delapan demi dapat tempat oke, tapi sebelumnya sudah bangun puagi, jam kerja hanya bisa sampai siang. Setelah itu ngantuk parah. Butuh power nap kalau sudah bangun super pagi. Biasanya berangkat pagi, mentok sampai pukul 2 saja. Cara lain, power nap dulu pukul 7-8 baru berangkat pukul 9 atau 10, dan kerja sampai sore. Jadi fleksibel aja deh, dan kopi berperan penting di sini :) Btw, kerja di sini bukan terus-menerus fokus lho. Intinya di depan MS Word dan menuangkan coret-coretan self brainstroming plus browsing, baca sumber lain (yang tidak butuh pemahaman ekstra),  dsb dsb.

Nah, seru juga ternyata kalau sudah ngerti ritmenya, dan punya variabel lain yang bisa dibikin fleksibel. Setiap orang pasti punya prime time nya sendiri-sendiri. Menurutku, waktu buat belajar atau memahami sesuatu yang lebih penting buat dicari, sementara waktu kerja bisa menyesuaikan.


Kalau kamu, apakah punya waktu super untuk mengerjakan proyek/tugas? Share di sini juga dong :)

Salam,


A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar