Kamis, 04 Mei 2017

Sassy Script

Hai!

Sudah lama nggak nge-blog, tapi seneng (lho?). Soalnya bisa gitu mendahulukan kerjaan menulis skripsi daripada menulis blog. Hehehe. Dulu kalau udah niatin besok mau nge-blog, lebih milih nge-blog walaupun belum belajar UAS. Pokoknya tugas nomor satu adalah reportase, wawancara, atau artikel di organisasi,  terus yang kedua adalah blog/project, baru yang ketiga belajar. Parah.

Ngomong-ngomong soal skripsi, perjalanan mengerjakan tugas akhir ini menurutku super spesial.
Melalui tugas akhir ini, aku merasa bisa lebih mengenal diriku. Nggak cuma gimana mengenal perilakuku secara akademik seperti "Oh aku bisa belajar kalo... bisa ngerjain dengan lancar kalo... kalo stuck caraku buat ngatasin itu...", tapi banyak hal lain yang bisa kupelajari. Aku sebisa mungkin menyadari setiap prosesnya, apa yang membuatku berubah, efeknya, bagaimana menghadapi A, B. C. Aku membayangkan jadi antropolog  yang datang ke sebuah suku terpecil dan tidak dikenal, lalu mencatat segala hal yang ada di sana, bagaimana mereka makan, tidur, bekerja, dsb. Semacam itulah, aku berusaha mengenal diri yang sedang ada di zona mengerjakan naskah panjang ini. Apalagi selama kuliah, aku belum menyelesaikan satupun novel/tulisan panjang. Ada aja halangan untuk mengerjakan long-term goals. Kebanyakan waktu habis untuk short-term goal yang selesai karena dibatasi waktu tertentu.

Tugas akhir ini rupa-rupa warnanya seperti pelangi. Banyaaak banget distraksi, godaan, seribu alasan untuk mengeluh, dsb, dsb,. Mulanya aku ya mengeluh dan sebel sama skripsi, coba aja kalau nggak ada skripsi, aku bisa A, B, C, D, E, F, G, H, I, J. ... Z. Tapi seiringnya berjalan waktu, aku mencoba mengubah mindset 'Alhamdulillah... gara-gara skripsi aku jadi bisa ini, itu, ngerti ini, ngerti itu'. Caranya gimana? Emang beneran iya, aku dapat ini itu? Aku mencoba menyadari, aku dapat apa sih? Soalnya menurutku esensi bersyukur itu saat kita menyadari apa yang kita syukuri. Gimana bersyukur kalau nggak ngerti apa yang disyukuri?

Aku sempat melakukan semua hal  seperti menyalahkan, beralasan segala macam, menghindar, bahkan membenci orang. Ugh. Sampai ada hal kecil yang aku tahu rasanya nggak usah menggangguku, tapi itu menggangu. Sampai pernah mimpi buruk sekali, cuma sekali sih, waktu sedang stress-stressnya. Aku jarang banget mimpi buruk, paling karena sakit atau ya gini, tekanan. Hey, aku nggak nyangka kalau skirpsi bisa bikin aku segininya. Aku pikir, dengan memiliih tema skripsi yang menyenangkan bagiku, aku akan senang mengerjakannya dan semua berjalan lancar. Atau paling enggak, nggak terlalu ada drama lah. Nope. Kalau mengerjakan tugas, mungkin variabel pemengaruhnya hanya sedikit, niat kita, bahan, dan waktu. Tapi untuk naskah panjang ini, rupanya banyak banget variabelnya. Tentu saja ada buanyak yang tidak bisa dikontrol oleh diriku. Akhirnya puncaknya setelah mimpi buruk itu, meski kecewa karena target nggak bisa tercapai, aku mencoba bebenah, dan fokus melakukan apa yang bisa kulakukan. Lebih tepatnya, apa yang bisa kukontrol, yaitu perilakuku sendiri dan menyerahkan sisanya pada Yang Berkuasa atas diriku (dan variabel-variabel lain itu).

Akhirnya, aku merasa skripsi itu emang super sassy, manja, nyebelin, super cari perhatian, tidak bisa diprediksi, tapi mengejutkan, juga bikin senang. Aku coba pelan-pelan jalani, nggak banyak ekspektasi, mencoba lean in dalam proses ini.  Semua data dan urusan teknik alhamdulillah sudah selesai. Giliran menata sistem buat mengerjakan. Teknik pomodoro udah nggak berlaku buat aku, aku harus ganti. Dulu as an observer, mungkin aku bakal diemin aja, sambil terus mengerjakan. Tapi nggak kali ini! Proses ini harus menelurkan sesuatu, harus ada laporan buat perjalanan hidupku selanjutnya.  Riset how to, dan segala macam tips lainnya, sampai aku menemukan yang paling pas buat diriku sendiri. Ada orang nyebelin, gimana caranya aku nggak terinfeksi, ibarat pake masker, minum tolak angin, segala macam deh. Soalnya berdasarkan yang sudah-sudah, kalau aku sampai membiarkan orang itu menginfeksiku, aku bakal sebel lama, lama, lama banget sebel tapi cuma bisa memendam. Karena kadang,  rasa sebelku nggak rasional, sampai aku malu untuk menyelesaikannya. Skripsi juga membuatku belajar lagi, belajar lagi. Ikutan terapi kelompok, coba ambil kegiatan dan lihat, aku bisa nggak menjalaninya. Aku terlalu eman untuk membiarkan proses ini berjalan begitu saja, tanpa eksperimen :D

InsyaAllah sambil nunggu revisi dosen, bakal nulis series tentang tugas akhir yang sassy ini. Daripada bikin stres kan, mending ditulis because it is a very super special sassy script me won't forget all my life.


Anisah Zuhriyati




Tidak ada komentar:

Posting Komentar